Saturday 25 March 2017

Rofa Yulia Azhar

Dokumentasi di Jawa Timur Education Fair 2014

Saya, Rofa Yulia Azhar lahir di Subang, Jawa Barat, Indonesia pada tanggal 2 Juli 1990. Saya lahir dari pasangan suami istri  Misna Sudjana dan Dedeh Widaningsih. Anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya bernama Muhammad Api Fudin dan adiknya bernama Elvira Nur Annisa. 

Saya merupakan lulusan S1 Pendidikan Kimia Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, dan S2 Pendidikan IPA Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Memiliki minat yang sangat tinggi pada pendidikan, sains, dan matematika. Saya sampai memutuskan keluar dari pekerjaan saya di perusahaan demi meneruskan minat dan bakat saya di bidang pendidikan, yaitu dengan menjadi guru honorer di salah satu sekolah negeri di Bandung. Saya sampai kehilangan gajinya di perusahaan yang mencapai 6 juta rupiah, demi menjadi guru honorer yang bergaji Rp 120.000.

Semenjak 18 Februari tahun 2017, saya mulai merintis sebuah lembaga pendidikan yang berbasis di dunia maya, yaitu "ROFA Education Centre". Beranjak dari kekhawatirannya terhadap banyak hoax yang beredar di dunia maya dan pandangan dirinya yang menganggap semakin menurunnya kualitas "pendidikan", terutama pendidikan moral dan karakter di Indonesia.

Pada bulan pertama, peluncuran lembaga pendidikan "ROFA Education Centre" dilakukan di media sosial instagram, blogspot, youtube, dan facebook telah mendapat respon yang cukup baik, meskipun tanpa beriklan dan menggunakan cara-cara "gelap". Berikut data jumlah pengikut ROFA Education Centre di berbagai media sosial: 


Data Pribadi
Nama Lengkap: Rofa Yulia Azhar
TTL: Subang, 2 Juli 1990
Nama Ayah: Misna Sudjana, S.Ag.
Nama Ibu: Dedeh Widaningsih
Domisili: Kampung Jati RT 05/ RW 06 Kel. Pasir Biru Kec. Cibiru
Jenis Kelamin: Laki-laki
Agama: Islam
Status: Menikah
Tinggi/Berat Badan: 168 cm/70 Kg
Telepon: 087722488554 (XL)
E-mail: rofa_neutron1990@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan
SDN Lengkong (1996-2002)
SMPN 1 Kalijati (2002-2005)
SMAN 2 Subang (2005-2008)
S1 Pendidikan Kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung (2008-2012)
S2 Pendidikan IPA UPI Bandung

Pengalaman Organisasi
1. Anggota bidang pengembangan intelektual himpunan mahasiswa pendidikan kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung (2009-2010)
2. Kepala bidang pengembangan aparatur organisasi himpunan mahasiswa pendidikan kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung (2010-2011)
3. Sekretaris bidang pengembangan intelektual senat mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung (2011-2012)
4. Bendahara Ikatan Alumni Pendidikan Kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung (2015-2020)

Pengalaman Bekerja
Guru les privat (2006-sekarang)
Asisten praktikum pendidikan kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung (2010)
Guru praktik PPL MAN 2 Bandung (2011)
Pembimbing KIR MAN 2 Bandung (2011)
Guru bimbel di LLC (2010-2012)
Staf Technical Support Pudak Scientific (2012-2015)
Guru IPA di SMP Negeri 3 Cileunyi, Bandung (2016-sekarang)

Prestasi
Juara 1 lomba membaca puisi tingkat Kecamatan Cipeundeuy (2001)
Finalis lomba sinopsis tingkat Kabupaten Subang (2001)
Juara 1 regu terbaik pramuka Kecamatan Cipeundeuy (2002)
Juara harapan 2 dalam lomba Paskibra tingkat Kabupaten Subang (2004)
Peringkat 11 olimpiade biologi tingkat Kabupaten Subang (2006)
Peringkat 8 olimpiade biologi tingkat kabupaten Subang (2007)
Peringkat 13 lomba murid teladan se-Kabupaten Subang (2007)
Peringkat 1 lomba stand antar kelas di acara pekan Kreatifitas Siswa SMAN 2 Bandung (2007)
Peringkat 1 nilai UAN tertinggi di SMAN 2 Subang (2008)
Juara 3 lomba media pembelajaran prodi pendidikan kimia (2009)
Pemenang juara 1 dan 4 dalam lomba cerpen Lembaga Dakwah Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung (2010)
Jajaka Prodi Pendidikan Kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung (2011)
Juara 3 lomba drama PERAK 2011 UIN Sunan Gunung Djati Bandung (2011)
Jajaka Terfavorit Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung (2011)
Juara 1 LKTI Prodi Pendidikan Biologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung (2011)
Dewan juri lomba cerpen PERAK 2011 UIN Sunan Gunung Djati Bandung (2011)
Dewan juri LKTI Perak 2013 (2013)
Pemateri dalam Expo Pendidikan Kimia UIN Sunan Gunung Djati Bandung (2014) dengan materi "Mengeksitasi Peran Manusia Kimia dalam Orbitalnya"


Berkeliling Indonesia
Pengalaman Saya berkeliling ke 11 provinsi ketika bekerja di Pudak Scientific menyadarkan saya bahwa pendidikan di Indonesia masih jauh dari kata sempurna. Banyak ketimpangan terjadi di sana-sini. Terutama hal yang menjadi sorotan adalah mengenai kualitas guru yang tidak sesuai dengan kompetensi yang diharapkan.

Akhirnya, saya memutuskan untuk membuat tulisan-tulisan yang berhubungan dengan pendidikan, sains dan matemaatika agar bisa menambah wawasan para guru dan siswa untuk dapat meningkatkan kompetensinya agar dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.

"Tidak ada siswa yang bodoh, yang ada hanyalah siswa yang tidak memiliki kesempatan untuk bertemu dengan guru yang benar dan metode yang tepat" -Yohanes Surya

Dokumentasi Pemateri Pelatihan di Pudak Tahun 2014

Pengalaman Mengajar: Dihidupkan untuk Mengajar, Dimatikan saat Mengajar
Mengatakan kapan pertama kali saya mulai mengajar merupakan hal yang sulit sekali untuk dijelaskan. Sejak SMP (2002) saya sudah suka mengajar teman-teman dan saudara-saudara satu kampung saya dan membuat kelompok belajar bersama.

Pengalaman mengajar secara resmi sebagai tenaga kerja saya lakukan waktu kelas 1 SMA. Waktu itu saya mengajar anak kelas 4 SD dan kelas 6 SD, setiap hari senin-sabtu, satu jam/pertemuan. Imbalan yang saya dapatkan lumayan untuk sekala waktu itu, sekitar Rp.100.000/anak/bulan.

Memasuki masa kuliah, karena himpitan ekonomi saya juga melanjutkan kebiasan memberikan les privat kepada orang lain. Waktu itu saya hanya diberikan uang Rp.500.000/bulan oleh orang tua. Uang itu digunakan untuk membayar kosan Rp.200.000/bulan dan sisanya Rp.300.000 digunakan untuk biaya makan. Untuk menutupi segala kekurangan, karena saya perlu makanan bergizi, main dan membeli buku, akhirnya saya memutuskan untuk memberikan les privat pada beberapa orang anak. Saya masih ingat sekali, dengan les privat saya bisa mendapatkan tambahan uang sampai Rp.1.300.000/bulan.

Masa Kecil yang Berbahagia Bagi Semua Makhluk Hidup
Saya adalah anak kedua dari tiga bersaudara, lahir di sebuah daerah kecil di Kabupaten Subang, yaitu Cijoged Pos. Ayah saya merupakan seorang PNS (Guru Agama SD dan SMP), pernah menjadi Komisaris Camat Cipeundeuy, Ketua MUI Desa Lengkong (terlama dalam sejarah desa) dan pernah juga menjadi calon anggota legislatif DPRD Kab. Subang. Dahulu PNS masih diizinkan untuk terjun ke ranah politik praktis. Mungkin karena latar belakang keluarga yang kuat menjadikan saya seseorang yang menyukai dunia politik dan kepemimpinan. 

Berbeda dengan anak seumuran yang waktu itu mempunyai Nintendo, Sega, Playstation atau bahkan gameboot yang murah sekalipun (1997-2005). Masa kecil saya jauh dari hal-hal demikian. Didikan orang tua yang tegas dan terkesan galak menjadikan pribadi seorang Rofa Yulia Azhar yang koleris di waktu muda.

Pada saat kelas lima SD (2001), keluarga kami mengalami cobaan yang cukup berat. Karena gaya hidup konsumtif dan usaha yang kami rintis ditipu oleh orang lain, keluarga kami menanggung beban hutang yang cukup besar. Sampai gaji yang diterima oleh Bapak hanya Rp.300.000/bulan setelah dipotong angsuran. Keluarga kami mulai masuk ke dalam masa-masa sulit dan itu berlangsung hampir selama sembilan tahun lamanya.

Di tengah-tengah masa sulit tersebut, kami mencoba bertahan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan mengandalkan hasil pertanian. Sepulang sekolah tak jarang saya harus menjual bayam atau oyong untuk ongkos sekolah. Seminggu dua kali kami panen dan bisa mendapat tambahan uang Rp.50.000/minggu. Penghematan lainnya yang dilakukan adalah keluarga kami harus memasak dengan kayu bakar atau mencari ikan di sungai untuk lauk. Tak jarang saya harus menaiki pohon karet yang tinggi dan menjulang untuk mendapatkan kayu bakar.

Meski penghematan telah dilakukan dengan beragam siasatnya, tak jarang kami harus makan tanpa lauk pauk. Biasanya di kondisi sulit kami biasa menggoreng garam yang ditambahkan bawang dan cabe sebagai lauk. Bahkan, dikondisi sangat sulit sekali kami sampai tak punya lauk untuk dimakan. Bahkan membuat nasi goreng pun tak bisa karena keluarga kami tidak punya sedikit pun minyak goreng.

Pengalaman hidup yang demikian yang membangun karakter saya. Menjadi orang yang mengerti akan penderitaan hidup. Beberapa teman kuliah dan kantor mungkin melihat saya orang yang rakus ketika saya makan. Saya maklumi, karena mereka tidak tahu apa yang terjadi pada diri saya di masa lampau.

Lebih Baik Menjadi Macan di Kampung Daripada Menjadi Kambing di Kota
SD
Saya sangat bangga dengan Ibu saya, di usia yang masih dini saya diajarkan berhitung dan membaca. Walau didikannya begitu keras tapi saya bersyukur. Ketika usia 4 tahun saya sudah mengenal angka dan dapat melakukan penjumlahan sederhana. Di usia 5 tahun saya sudah bisa membaca. Sehingga ketika masuk kelas 1 SD saya sudah siap belajar di kelas. Dari kelas 1 sampai kelas 6 saya sudah lima kali juara satu, satu kali juara kedua dan tiga kali juara umum. Sungguh suatu anugerah yang besar. Saya juga beberapa kali jadi perwakilan sekolah untuk mengikuti perlombaan di tingkat kecamatan atau kabupaten, tapi selalu gagal lolos ke tingkat provinsi.

Pada saat SD saya tiga kali menjadi KM (Ketua Murid), saat kelas satu, kelas tiga dan kelas 6 SD. Saya juga ikut perkemahan pramuka sedari kelas 4 SD dan jadi pemimpin regu pada saat kelas 6 SD. Memimpin dan memerintah bukan hal yang saya sukai. Saya lebih suka bekerja sendiri dan membuat anggota saya melihat bagaimana kerja saya. Mungkin pada fase ini jiwa cerdik dan mandiri saya mulai tumbuh. Tentu saja disamping sifat koleris yang selalu mengikuti.

Waktu SD saya sangat benci sekali terhadap orang yang menyontek, bahkan saya rela dimusuhi oleh teman sekelas karena tidak memberi nyontek ke mereka. Tetapi karena himpitan ekonomi di kelas 4 SD juga kadang memaksa saya untuk menjadi penjual kunci jawaban. Why? Maklum lha anak kecil, uang jajan saya dari kelas 3-6 SD tidak pernah naik, hanya Rp.500.

Kisah segelas susu 'putih'
Hal lucu yang pernah saya alami adalah kisah dengan sehelas susu. Ibu saya ketika saya masih kecil cukup sering membuatkan saya susu. Tapi susu yang dibuat berasal dari susu kental manis (yang sebenarnya untuk membuat kue). Susu tersebut dicampur sedikit saja dengan air panas, lalu ditambahkan beberapa sendok gula. Jadi susunya hanya berfungsi untuk memberi warna putih pada air.

SMP
Masa SMP adalah masa terberat dalam hidup saya. Masa-masa dimana saya sedang mencari jati diri. Jika saya mempunyai masalah waktu SD saya tinggal bilang ke orang tua saya. Karena jarak dari rumah ke sekolah sangat dekat. Tetapi di SMP? Semuanya harus saya hadapi seorang diri.

Mencari jati diri, tiada teman, komunitas baru, kendala ekonomi, kemampuan adaptasi yang rendah dan kepercayaan diri yang buruk membuat periode SMP merupakan periode yang sangat sulit. Bahkan di masa ini idealisme untuk anti menyontek mulai luntur ketika melihat teman-teman yang suka menyontek dan mendapatkan nilai bagus akibat perbuatan 'kotor' tersebut.

Pada masa ini saya juga mulai mengenal yang namanya rokok. Satu hal yang pasti, semua itu saya lakukan karena rasa penasaran. Kegagalan masuk menjadi anggota Pramuka juga membuat saya sedih dan frustasi. Bagaimana tidak, gagal masuk menjadi anggota Pramuka merupakan pertanyaan mengenai kompetensi diri. Kegagalan di Pramuka memaksa saya masuk ke Paskibra. Disiplin, mental kuat dan pemikiran yang militan terbentuk di organisasi ini.

Prestasi di SMP pun terbilang tidak ada yang mentereng. Pernah jadi perwakilan kelas untuk beberapa perlombaan tingkat sekolah tetapi selalu gagal. Sedangkan untuk prestasi di kelas pali bagus dapat peringkat 3. Pernah dapat peringkat 4 dan peringkat 7 di kelas. Benar-benar masa yang suram.

Cakap di Komputer, Tapi Tak Mempunyai Komputer
Saya rasa, dulu saya merupakan seseorang yang cukup mahir dalam bidang komputer. Terutama untuk urusan Ms. Word, Lotus dan Ms. Excel. Apakah saya mempunyai komputer? Jawabannya adalah tidak. Masih ingat jika waktu kelas 2 SMP saya sering main ke rumah tetangga saya yang memiliki komputer hanya untuk melihat bagaimana caranya dia mengoperasikan komputer. Padahal tetangga saya hanya mengetik-ngetik kalimat. Apa yang menarik? Bahkan komputer baru saya punya waktu semester lima di perguruan tinggi

SMA
Jika dulu waktu masa-masa SMP saya kebanyakan bergaul dengan anak-anak ramah dan sopan, maka di masa SMA saya bergabung dengan perkumpulan siswa yang 'grunge', liar dan pembangkang. Pada masa ini saya selalu berpikir: apa yang kelebihan saya? fisik lemah, vokal pas-pasan, kemampuan seni hancur dan wajah pun tidak menarik. Akhirnya saya ingat masa-masa keunggulan saya waktu SD dulu. Saya mulai bangkit di sini. Berusaha menjadi pemenang dan menenangkan diri.

loading...
loading...

0 komentar: